Jumat, 15 Februari 2008

BI Tidak Perlu Bankir

[Inilah Dotcom] - Sederet prestasi tak menjamin mulusnya langkah seorang bankir menuju kursi Gubernur Bank Indonesia. Untuk menjadi Gubernur BI dibutuhkan perspektif yang pas menyangkut tugas-tugas bank sentral. Apalagi perspektif BI berbeda dengan perbankan komersial.

Dalam sepekan terakhir beredar sejumlah nama di media massa sebagai nominasi calon Gubernur BI. Di antaranya adalah Komisaris Independen BNI Achjar Ilyas, Dirjen Pajak Darmin Nasution, dan Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo.

Sebelumnya juga beredar kabar bahwa kandidat itu dibagi dalam tiga formasi. Formasi pertama yang terdiri atas Aulia Pohan (besan SBY, mantan Deputi Gubernur BI), Hartadi A Sarwono (Deputi Gubernur BI), dan Darmin Nasution (Dirjen Pajak).

Formasi kedua adalah Hartadi A Sarwono, Muliaman Hadad (Deputi Gubernur BI) dan Sri Mulyani (Menteri Keuangan). Sedangkan formasi ketiga adalah Muliaman D Hadad, Miranda S Gultom (Deputi Gubernur Senior BI), dan Agus DW Martowardojo.

Munculnya nama Dirut Bank Mandiri itu langsung menuai pro dan kontra. Agus dikenal sebagai sosok bankir senior 'bertangan dingin' dalam menangani persoalan perbankan. Namun ia juga bukan sosok yang sempurna.

Ekonom senior, Faisal Basri, menilai Agus Martowardojo memiliki perspektif yang terlalu bangkir. Dalam perspektif Agus, menurut Faisal, BI adalah bapaknya bankir, sedangkan logika bankir adalah bisnis.

Karena itu, kalau BI dipimpin Agus, maka BI akan dijadikan tempat berbisnis. "Kalau Agus yang menjadi Gubernur BI, maka risikonya terlalu berbahaya. Agus akan menjadi bencana bagi BI. Tidak, tidak boleh!" papar Faisal, saat ditemui seusai memberikan kuliah umum di Fisip UI, Depok, Jumat (15/2).

Tidak ada komentar: